Saturday, April 9, 2011
Dua Penyebab Utama Konflik Palestina – Israel Tak Pernah Berakhir
Konflik Palestina – Israel yang berlangsung sejak tahun 1948 hingga kini seperti tidak akan pernah berakhir. Penyerangan-penyerangan di antara kedua belah pihak selalu akan terjadi. Pihak Israel beralasan mempertahankan diri dari serangan pejuang Palestina dan tentara Hamas, sedang pihak Palestina mengadakan perlawanan kerana merasa wilayahnya semakin menyempit direbut rejim zionis dengan pendudukan bersenjata mahupun mendirikan penempatan-penempatan yahudi dengan cara merampas tanah rakyat Palestina.
Masyarakat dunia khususnya negara-negara Arab yang memihak kepada bangsa Palestina dan berperang dengan Israel untuk membela hak-hak bangsa Palestina yang dijajah, akhirnya lebih banyak berdiam diri. Terutama sejak berdirinya negara Palestina secara rasmi pada tanggal 15 November 1988, pegangan negara Arab semakin lemah terhadap perjuangan bangsa Palestina menghadapi rejim zionis yang diperintah mutlak oleh Amerika Syarikat (AS). Seperti mana negara-negara Arab melihat Palestina bukan lagi sebagai bangsa yang lemah yang harus diperintah sepenuhnya oleh sesama bangsa Arab, tapi sudah sebagai negara yang berdaulat dan mempunyai kekuatan sendiri. Atau kerana ada kepentingan politik dan ekonomi sehingga rasa persaudaraan, keakraban dan keislaman di antara bangsa-bangsa arab meluntur.
Kebingungan kaum Muslimin dan masyarakat dunia akan nasib rakyat Palestina selanjutnya dan bila konflik mereka dengan pemerintah Israel akan berakhir adalah pertanyaan-pertanyaan dengan jawapan memilukan. Kalau dilihat dari sepak terajang rezim zionis, maka jawapannya adalah sampai seluruh tanah Palestina habis dikuasai oleh mereka dan sebagian bangsa Palestina yang tersisa ingin menjadi rakyat jajahan, bangsa kelas dua atau bahkan menjadi budak. Sedangkan bila dilihat dari semangat perjuangan bangsa Palestina melawan rejim zionis, maka jawapannya adalah sampai titik darah penghabisan dari para pejuang mujahid mereka yang membela tanah air dan keberadaan mereka sebagai bangsa merdeka dan berdaulat di tanah sendiri.
Apabila diringkas ada dua sebab tergantungnya penyelesaian konflik antara Palestina dan Israel, iaitu:
1. Perbedaan yang menonjol dan prinsip berupa pengakuan akan keberadaan kedua negara dan bangsa tersebut di mata mereka sendiri khususnya, dan di mata negara-negara lain di dunia termasuk Amerika Syarikat yang sampai saat ini masih berpihak kepada pemerintah Israel.
2. Kedudukan kota Jerussalem dengan masjid Al-aqsa sebagai tempat ibadah dan bersejarah bagi kedua bangsa yang secara umum berbeza agama tersebut.
Dunia arab dan dunia Islam memandang bangsa Palestina adalah pemilik sah tanah air mereka. Sedangkan bangsa Yahudi adalah bangsa yang tidak memiliki tanah air dan menolak serta keluar dari tanah perjanjian (Holy Land) yang dijanjikan Tuhan sesuai dengan berita di kitab suci.
Kedaulatan bangsa Palestina dengan berdirinya negara Palestina merdeka yang diproklamirkan di Aljazair ternyata tidak sepenuhnya diakui oleh Israel. Israel menganggap Jerussalem dan Gaza sebagai sebahagian dari tanah perjanjian seperti yang disebutkan di dalam kitab suci mereka, yang masih dikuasai oleh bangsa Palestina. Inilah alasan kenapa bangsa Yahudi dengan semangat zionismenya lebih memilih tanah Palestina sebagai tempat untuk mereka mendirikan negara.
Amerika Syarikat sendiri masih menerapkan standard ganda dalam hal ini. Sebagai anggota dewan keamanan, PBB mengakui legasi negara Palestina, namun di sisi lain membantu Israel secara politik, militer dan ekonomi untuk menguasai Palestina.
Dunia arab dan Islam menganggap berdirinya negara Israel adalah satu bentuk dari pemaksaan atas keberadaan orang-orang Yahudi di tanah Palestina. Bagi bangsa Palestina rejim zionis, Israel dan bangsa Yahudinya adalah penjajah yang mendatangi dan ingin merebut tanah air mereka, bukan sebuah negara tetangga yang sedang bertengkar dengan mereka. Bagi para pejuang Palestina peperangan yang mereka lakukan adalah sebuah perjuangan heroic, mempertahankan keberadaan tanah air dan bangsanya, sama seperti pejuangan kita memerdekan diri dari penjajah Belanda dan Jepun.
Memang benar perang antara Palestina dan Israel bukan perang agama, tetapi tidak boleh dilepaskan dari sebab-sebab pemikiran keagamaan yang berasal dari kitab suci. Alasan utama mereka berperang adalah perebutan tanah air, termasuk juga daerah Jerussalem yang merupakan tempat suci bagi tiga agama samawi di dunia, di mana di sana berdiri masjid Al-aqsa (Alharam alqudsi ashsharif) yang dijadikan tempat ibadah umat Islam atau disebut juga sebagai Bukit Bait Allah (The Temple Mount / Har ha-Bayit) bagi umat Yahudi dan Nasrani. Dan terkenal dengan dinding raungan (The Western Wall/The Wailing wall/Ha Kotel Ha Ma’aravi) yang terletak di sebelah barat masjid Al-aqsa sebagai tempat ibadah umat Yahudi, atau disebut Al-buraq Wall oleh kaum Muslimin.
Perhatikan kegiatan pemerintah Israel yang mengadakan pembongkaran dan penggalian di bagian dinding raungan sebahagian dari masjid Al-aqsa. Perhatikan juga kata-kata Theodore Herzl (merupakan pengulangan sumpah tua dari para Talmudis) pada pembukaan Konggres Zionis Dunia di Basel, Swiss pada tahun 1897:
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment